SELAPUT DARA KU (Sebuah Cerpen)
SELAPUT DARA KU (Sebuah Cerita Pendek)
Namaku Nadhira, ini adalah kisahku saat usia 6 tahun. Dahulu aku memiliki teman yang sangat banyak, tapi di antara mereka adalah teman-teman ku yang berumur lebih tua di atasku. Kami suka sekali bermain bulu tangkis, mainan monopoli, lompat tali, petak umpat dan masih banyak sekali permainan tradisional. Kisah ku bermula dari aku tumbuh menjadi murid di kelas B taman kanak-kanak.
Saat itu keluarga ku dalam kondisi tidak baik-baik saja, aku tumbuh dan lahir dari dua kasih sayang yang berdarah, ayahku memiliki dua istri yang keduanya sama-sama memiliki anak, aku tidak kehabisan kasih sayang, ayahku selalu menuruti kemauan ku, begitu pun juga ibuku, mungkin karena aku adalah anak bungsu dari pernikahan ayahku dan ibuku, aku selalu dijadikan anak kesayangan meskipun aku tak pernah tinggal satu rumah tetap dengan ayahku, namun dari banyaknya kasih sayang itu ternyata belati menancap keras pada ulu hatiku. Pada satu malam aku tertidur dengan nyenyak, aku mendengar suara pintu dihantam keras dari arah dalam, terdengar pula isakan kecil yang bersumber dari wanita yang baru saja masuk ke kamar ku dan berbaring di samping ku dengan posisi memunggungi ku. Ya, itu adalah ibuku. Dia menangis dengan isakan yang tertahan, mungkin takut aku terbangun, tapi ibuku tidak tahu kalau aku hanya tidur pura-pura karena terbangun saat pintu kamar di banting sangat keras.
Ayahku datang dengan nafas tersengal, mulutnya tidak henti melontarkan kalimat-kalimat makian dalam bahasa daerah ku yang ku tahu itu kalimat yang tidak pantas di ucapkan, karena beberapa kali ibuku memukul pelan mulut ku karena aku pernah mengatakannya, kata ibuku tidak boleh bicara itu. Tapi saat itu, ayahku dengan lantang meneriaki ibuku dengan kalimat serupa, tapi ibuku tidak memukul mulut ayah ku seperti dia memukul mulut ku, justru ibuku menangis dengan nada tertahan. tak lama ayahku naik ke atas ranjang dan berbisik ke telinga ku "Kamu mau ikut ayah atau ibu? Ikut ayah saja ya, nanti kita beli susu milk*at yang banyak." pada saat itu memang aku suka sekali dengan susu itu, tapi aku hanya bergumul dengan selimut ku dan tidur, saat itu aku tidak tahu apa-apa, yang ku tahu hanya rutinitas ayah dan ibuku yang suka teriak sampai lempar-lempar piring dan gelas sampai pernah melukai pelipis ku. Hingga satu hari di siang bolong ayah dan ibuku kembali berbicara keras sampai ayah melempar piring ke ujung jendela ruang tamu, aku yang saat itu dipeluk ibuku lari keluar rumah sambil teriak "Nok, mau main buk", aku sejujurnya tidak benar-benar bermain, aku bersembunyi di samping rumah sambil terus mendengarkan cekcok dari kedua orang tua ku, pada saat itu aku hanya diam saja hingga ada dua temanku sebut saja Damar dan Della, mereka mengajak ku bermain ke rumah pamannya Damar, saat itu rumah paman Damar sangat sepi kata Damar "Ayo main ke rumah mamang ku, kita main gambaran yuk" gambaran itu mainan tradisional yang menggunakan gambar kotak kecil lalu di hamburkan dengan membedakan gambar tertutup dan terbuka, saat itu aku mengiyakan ajakan Damar karena aku sudah lama tidak main dengan Della, Della adalah teman sekolah ku, sedangkan Damar adalah saudara Della sekaligus tetangga ku yang usianya terpaut 2 tahun di atas kami.
Singkat cerita kita sudah di rumah paman Damar dan Della, tetapi Damar tak kunjung mengambil gambar yang akan kita mainkan, justru kami hanya duduk sambil bercerita hantu di dudukan rumah pamannya Damar, sebut saja Pak Anton. Karena rumah Pak Anton ini terkenal sungil atau angker, dan Damar beberapa kali di takut-takuti oleh hantu disana, maka Damar bercerita dengan excited, aku hanya bergumam menanggapi cerita Damar dengan penuh ketakutan. Sampai pada saat itu, Damar berbisik sesuatu kepada Della tetapi respon Della langsung menggeleng dengan tegas dan berkata "Ih, ndak mau. Itu si Nadhira aja, aku takut lho" aku hanya terdiam sambil menatap keduanya dengan wajah bingung penuh tanya, pasalnya aku tidak mengetahui apa yang Damar bisikan kepada Della, aku bertanya "Kenapa? Kok aku?" Damar langsung berbalik melihat ku dan mendekati ku duduk disamping ku, "Kau mau tidak?" tawarnya, aku hanya mengernyitkan dahi tanda tak paham maksudnya. "Aku mau ajak kamu lihat hantu yang ku ceritakan di kamar samping" Ucapnya menjelaskan sambil menunjuk ke arah kamar yang jendelanya terbuka sendiri. aku langsung menggeleng tak mau, orang gila mana yang mau melihat hantu di siang bolong, terlebih aku juga sangat takut. Tapi, Damar menyakinkan ku bahwa itu tidak seram, aku hanya perlu mengikuti apa yang dia katakan. Akhirnya dengan ragu dan penuh penasaran aku mengiyakan ajakan Damar untuk masuk ke kamar berhantu itu.
Kami bertiga pun tiba di bibir jendela, Damar menggendong ku untuk masuk terlebih dahulu, kamar itu gelap dan lembab, hanya ada dipan berbahan besi dengan kelambu yang terlilit di tepi-tepi tiangnya, serta kasur yang keras dengan tumpukan bantal yang sama kerasnya juga, ku tebak kamar ini adalah kamar yang jarang di gunakan karena debu-debu dipinggir dipan serta kaca lemari yang mulai menguning dan mengelupas, lampu bohlam berwarna oranye pun menambah kesan horor seperti yang di gambarkan damar. Aku naik dan masuk melalui jendela, disusul Damar kemudian. Della menunggu kami di luar kata Damar "Jagain ya, takut ada orang", Della hanya mengangguk dan berkata padaku " Kalau ada hantunya, nanti ceritakan ya", aku hanya menggeleng pelan, tanda aku tak yakin dengan ucapan Damar, karena aku melihat ada Al-Quran di atas meja yang terletak di pojok lemari.
Aku dan Damar sudah berada di dalam kamar itu, aku melihat sekeliling, pintu kamarnya sedikit reyot dan tidak terganjal sempurna. Saat sedang melihat-lihat tiba-tiba gelagat Damar mencurigakan katanya seperti ini "Kamu mau lihat hantunya tidak?", aku menggeleng dan menganggukkan kepala tanda bimbang karena tak yakin. " Sudah, kalau mau lihat lepas dulu celana mu terus berbaring di atas kasur" titahnya, aku bingung kenapa harus melepaskan celana? Toh, kami hanya ingin melihat hantu bukan ingin buang air besar atau kecil, aku menolak karena tentu saja aku malu untuk membuka celana di depan Damar, terlebih lagi dia lebih tua dariku dan dia seorang laki-laki yang saat itu aku suka juga, namanya anak kecil punya perasaan suka dengan lawan jenis itu hal kecil yang tidak harus di anggap serius, tapi di posisi itu aku sangat malu dan takut, tapi Damar memaksaku untuk membuka celana dan naik ke atas kasur, karena dia bilang biar hantunya cepat datang, jangan sampai kami sia-sia sudah manjat jendela.
Akhirnya dia membantu ku melepas celana ku, dan membantu ku naik ke atas kasur karena posisi kasurnya sangat tinggi untuk ukuran tubuh mungil ku kala itu. Aku sudah naik kemudian di susul Damar naik pula dan dia membuka celananya, aku terkejut ketika dia membuka celana karena hal itu dilarang oleh ibuku, aku bangkit tapi Damar mendorong tubuhku hingga terpentok diantara timpukan bantal keras sialan itu. Damar memaksaku untuk membuka lebar-lebar pahaku dan kemaluanku, aku semakin takut tapi nada bicara dia sangat tinggi dan selalu meyakinkan ku, aku tak bisa berbuat banyak karena sebelum aku menolak Damar sudah mengangkangi ku di atas ku, dia memasukkan kemaluannya dan menggesekkannya dengan kencang pada area klitoris ku, rasanya aneh seperti ada sengatan laba-laba yang menjalar cepat kala itu, aku merasa ada suatu hal yang membuat ku mual hingga suara ketukan jendela membuat aktivitas Damar terhenti, ada deru motor yang tiba-tiba masuk ke pekarangan rumah Paman Anton dan Della menggedor dengan cepat jendelanya, Damar bergegas membantu ku bangkit dan membantuku untuk memakai celana, kami pergi melalui jendela, dan benar saja Paman Anton baru pulang dengan istrinya. Pada saat itu aku merasakan nyeri di area kemaluanku dengan rasa basah yang membuat ku tak nyaman, akhirnya Damar menyuruh ku dan Della untuk pulang duluan, karena Paman Damar mengajaknya membeli alat pancing. Aku dan Della akhirnya pulang, di sepanjang jalan aku hanya diam sedangkan Della terus bertanya apakah aku melihat hantunya, dan bagaimana rupa hantu itu, apakah seseram yang Damar ceritakan? Aku tak menanggapi, yang ku lihat adalah bagaimana rasa nyeri di bagian kemaluanku ini hilang dan terus terputar apa yang Damar lakukan kepadaku, apakah itu bagian ritual pemanggilan hantu? Justru konyol.
Hingga setelah 10 tahun aku baru mengetahui kenyataan pahit bahwa aku adalah korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh Damar, kejadian itu terus terputar berulang-ulang sampai sekarang, hingga ketika dewasa bagian tubuhku seperti mempunyai respon berbeda ketika mendengar tentang kasus kekerasan atau pelecehan seksual, aku baru mengetahui kenyataan bahwa Damar sekarang hidup dengan baik dan aku penuh dengan ketakutan, aku memberanikan diri untuk bercerita kepada psikiater hingga aku di vonis mengidap gerd psikosomatis dan post traumatic stress disorder, aku selalu ketakutan dengan hal-hal seperti itu ketika aku selalu mengingat kejadian dengan Damar hingga dewasa dan itu sangat menganggu ku, aku mudah terangsang setelah kejadian itu, hingga aku takut akan hal-hal diluar kendaliku, aku hanya mencoba memutar kembali berapa umur kami saat itu dan apa yang membuat Damar bisa berpikir untuk melakukan itu kepada ku. Aku tak bisa menutup rapat kejadian itu, karena semua hal itu seperti kaset rusak yang terus berputar ketika aku memiliki hubungan dengan dengan seorang pira, hingga aku sering kali mual dan tubuhku selalu memberikan reaksi berbeda, tetapi aku harus bisa terlihat normal seperti orang-orang pada umumnya, aku merasa tubuhku sudah tak mempunyai sekat, kotor dan hina. Aku merasa keperawanan ku hilang bahkan sejak aku kecil, dan dilakukan oleh orang terdekat ku.
Aku selalu ingin menceritakan segala hal, tetapi naasnya hanya percuma saja, karena kejadian itu sudah bertahun-tahun lalu dan orang hanya akan menjudge ku karena melihat keadaan Damar sekarang sudah menjadi alim. Aku sampai detik ini membenci para laki-laki alim, mereka tak begitu alim meskipun tidak semua laki-laki alim itu bejad. Tapi dari hal ini aku merasa Damar sudah masuk terlalu jauh, dan sampai kapanpun pun luka itu akan terus ku bawa hingga maut, sulit sekali untuk sembuh aku hanya perlu menepis dan sedikit berdamai dengan keadaan tubuhku dan diriku. Aku tetap hidup dengan hal-hal itu, dan membiasakan diri untuk hidup normal. Aku Nadhira ingin sekali memberitahu bahwa penting sekali untuk memasifkan kampanye sex education agar tidak ada Damar-Damar serta Nadhira-Nadhira yang lain, biar lah luka ku ini hanya menjadi pelajaran dan pengalaman untuk orang-orang banyak bahwa anak kecil harus segera di selamatkan, kita tak tahu bahaya apa yang mengintai mereka untuk bisa berbuat hal-hal tertentu termasuk pelecehan seksual.
Pictures Source on Pinterest
Komentar
Posting Komentar